Rabu, 11 Mei 2016

Sejarah Katalogisasi


Pada awalnya katalogisasi digunakan untuk daftar peralatan militer Amerika dan untuk kepentingan lainnya. Pada tahun 1929, pemerintahan Amerika Serikat mulai menggunakan katalogisasi berdasarkan keinginan masing-masing departemen. Pada tahun 1932, Presiden Roosevelt membuat katalogisasi seragam akan tetapi tidak semua departemen mengikuti penyeragaman katalog tersebut. Akibatnya, pengkatalogan peralatan militer menjadi kacau, kekacauan ini berimbas pada keuangan dan dapat membahayakan Negara.

Pada tanggal 03 Juli 1947, Angkatan Laut dan Angkatan Darat Amerika Serikat menetapkan keseragaman katalogisasi. Halini diperkuat oleh adanya Undang-Undang tentang Katalogisasi dan Standardisasi Pertahanan. Ketetapan ini diikuti oleh Negara-negara kelompok NATO yang mulai menggunakan proses yang sangat sederhana. Namun, pada tahun 1965, katalogisasi berkembang dan telah menggunakan proses computer. Amerika Serikat telah meresmikan penggunaan NSN pada tahun 1975. Setelah Amerika Serikat meresmikan penggunaan NSN, banyak Negara di dunia yang telah mengikuti jejak Amerika Serikat untuk menggunakan NSN, termasuk salah satunya adalah Indonesia.
Amerika Serikat menjadi Negara pertama berlangsungnya sejarah dan perkembangan katalogisasi. Meskipun pada awalnya menggunakan proses yang sangat sederhana,seiring dengan perkembangan zaman, katalogisasi menggunakan bentuk dan proses yang lebih canggih lagi, kecanggihan itupun semakin lama semakin mempermuda seseorang dalam mencari daftar apa yang diinginkan.
 Dalam perjalanan sejarah yang cukup panjang, katalog perpustakaan telah mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan perubahan perilaku pencarian informasi para penggunanya atau bisa disebut dengan information seeking behavior. Perubahan tersebut terjadi dari katalog yang pada awalnya berbentuk buku, kartu, hingga menjadi Online Public Access Catalog (OPAC). Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya katalog perpustakaan dari waktu ke waktu dapat menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan yang terjadi, terutama berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Disamping itu, setiap perubahan atau inovasi yang terjadi pada katalog perpustakaan juga dimaksudkan untuk memberi kemudahan kepada pengguna dalam menggunakan atau mengaksesnya untuk menelusuri bahan pustaka yang dibutuhkan di perpustakaan.
Perkembangan teknologi komputer dan produksi dokumen elektronik menjadi tantangan bagi perpustakaan saat ini jika dibandingkan dengan tantangan yang dihadapi oleh perpustakaan lima puluh tahun yang lalu dimana saat itu yang menjadi inti koleksi perpustakaan hanyalah buku-buku dan majalah-majalah yang hanya dapat ditelusuri dengan menggunakan katalog kartu saja. Meskipun demikian pengaruh teknologi komputer dan jaringan informasi terhadap misi perpustakaan masih diperdebatkan tetapi eksistensi perpustakaan masa depan tergantung pada kemampuan perpustakaan dalam merespon teknologi saat ini dan yang akan datang. Salah satu respon penting yang harus dilakukan oleh perpustakaan adalah melakukan perubahan pada katalognya. Supaya pengguna lebih mudah mengakses informasi melalui katalog.
Seiring dengan perkembangan automasi perpustakaan Tedd (1994, 27-37) menguraikan secara kronologis bahwasanya perkembangan system OPAC dan automasi diperpustakaan sebagai berikut :
a.      Pada tahun 1960 komputer sudah digunakan di berbagai perpustakaan umum dan perguruan tinggi untuk membantu cara membuat katalog. Pada saat itu, pengoperasian sistem komputer masih berada pada mode atau cara yang sangat bervariasi atau bermacam-macam, sehingga kemungkinan untuk melakukan penelusuran informasi dengan katalog secara terpasang (online) dianggap masih jauh dari kenyataan. Pada awal tahun 1970, sejumlah perpustakaan mulai menggunakan sistem komputer induk untuk mengembangkan sistem lokal. Sistem lokal ini umumnya didesain dan dirancang oleh staf dari pusat komputer.
b.      Pertengahan tahun 1970 komputer mulai digunakan untuk proses pengawasan sirkulasi atau perubahan di perpustakaan. Sistem komputer digunakan untuk tujuan pengumpulan data, khususnya pencatatan peminjaman. Computer Output On Microfilm (COM) menjadi metode yang terkenal digunakan untuk menghasilkan katalog. Perkembangan pada masa ini, ditandai dengan munculnya sistem kerjasama     pengatalogan   dan pemanfaatan bersama, dari berbagai perpustakaan. Misalnya, di Inggris London and South Eastern Library Region (LASER), dan di Amerika Utara Ohio College Library Centre (OCLC). Sistem kerjasama ini menghasilkan cantuman katalog pada komputer untuk sejumlah perpustakaan yang berpartisipasi, baik dalam bentuk COM, maupun kartu katalog.
c.       Pada  akhir  tahun 1970 dan awal tahun1980, pengenalan komputer mikro atau microcomputer. Di era ini, berbagai perpustakaan semakin mandiri untuk menggunakan fasilitas komputer yang diperoleh dari perusahaan yang dilanggan. Kemandirian ini mengarah kepada pengembangan dan perancangan sistem sendiri atau disebut dengan in-house system. Penggunaan komputer mikro menjadi terkenal karena menyediakan fasilitas untuk melakukan akses secara terpasang atau online terhadap berbagai simpanan seperti file dalam  sistem sirkulasi. Perkembangan lain yang terjadi pada masa ini, ialah penyediaan paket perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) atau turnkey sistem untuk perpustakaan oleh beberapa perusahaan. Sistem tersebut menggabungkan sejumlah fasilitas, diantaranya fasilitas penelusuran dan sistem sirkulasi. Karena sistem komputer yang digunakan pada masa itu di perpustakaan mampu menelusur cantuman bibiliografi secara online, sehingga sistem itu disebut sebagai sistem OPAC. Munculnya sistem OPAC di sejumlah perpustakaan tertentu, merupakan perkembangan utama yang terjadi dalam automasi perpustakaan sampai awal tahun 1980
d.      Pertengahan sampai Akhir Tahun 1980-an, perpustakaan yang menggunakan sistem OPAC semakin meningkat. Pemasukan mulai menyediakan sistem yang terintegrasi (integrated system) untuk manajemen perpustakaan, mencakup modul atau sub-sistem yang berbeda, seperti pengatalogan, akuisisi, sirkulasi, pengawasan serial, layanan antar perpustakaan dan juga OPAC. Keuntungan sistem bagi kegiatan penelusuran ialah, sistem memperbolehkan pengguna mengakses modul OPAC untuk mengetahui status pinjam dari semua bahan pustaka yang ada di perpustakaan tertentu. Setiap pengguna yang sedang mengakses OPAC dimungkinkan bisa mengetahui status suatu bahan pustaka, apakah sedang tersedia atau sedang dipinjam, siapa peminjamnya, berapa lama dipinjam, kapan dikembalikan dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan, karena sistem menghubungkan  file katalog dengan file  sirkulasi. Sejumlah perpustakaan Perguruan tinggi dan perpustakaan umum telah menggunakan sistem manajemen perpustakaan yang terintegrasi, lengkap dengan modul OPAC. Sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna
e.       Pada tahun 1990, sudah terlihat perubahan besar pada sistem manajemen perpustakaan dan dapat digunakan hingga sekarang.
Katalog dapat didefenisikan sebagai daftar barang yang berada pada suatu tempat. Dengan demikian katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam perpustakaan. Untuk mencapai kepada pemakai bahan pustaka dan apa yang dimiliki perpustakaan, disediakan katalog yang mencatat ciri masing-masing bahan pustaka yang diperlukan untuk mengindenfikasikannya dan membedakan satu bahan pustaka dari bahan pustaka yang lain. Untuk mencari kembali bahan pustaka tertentu dalam koleksi perpustakaan, katalog merupakan alat pencari yang terpenting. Akan sulit sekali, bahkan sangat mustahil, untuk menggunakan perpustakaan besar tanpa adanya katalog. Katalog perpustakaan dapat dikatakan  kunci untuk menemukan bahan pustaka dalam koleksi perpustakaan.
Ada 3 jenis pekerjaan yang diperlukan dalam proses pembuatan katalog,
1.      Pembuatan deskripsi fisik dari bahan pustaka itu
2.      Penentuan subyek yang dibahas dalam buku itu,
3.      Penyusunan kartu-kartu dalam katalog
Ada beberapa hal yang selalu perlu diperhatikan dalam menyusun katalog, yaitu :
1.      Katalog harus dibuat dengan cara yang seragam
2.      Syarat yang telah ditetapkan harus selaluditaati
3.      Ketelitian dalam setiap langkah pekerjaan harus diperhatikan.

Sumber :
Sjahrial, Rusina, 2000,Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan, Jakarta: Djambatan
http://katalogisasi.blogspot.co.id/2010/11/sejarah-katalogisasi.html

www. bimbingan.org/sejarah-dan-perkembangan-katalogisasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar